Beberapa hari
yang lalu ada pemulung ditipu di sekitar rumah ku. Perlu ku tegaskan sekali
lagi PEMULUNG DITIPU. Sungguh bukan maksud ku merendahkan, tetapi sudah pemulung ditipu lagi, ironis. Oke,
ku ceritakan kejadiannya, tapi mungkin tidak sedetail aku menghitung uang karena berita ini ku
dengar dari kakakku sendiri.
Pagi
sekitar pukul 10 pagi ada seorang laki –laki yang berboncengan dengan seorang
laki – laki. Mereka berhenti di depan warung kakakku. Satu turun dari motor
satunya lagi menunggu di motor. Bapak yang turun itu pun membeli minuman dingin
di OK CELL, nama warung kakakku. Dari motor, pria yang lagi satu berteriak
bahwa ia akan mengambil kunci dulu, sebentar akan balik ke sini lagi. Karena saat
itu pria yang turun dari motor tersebut sedang berinteraksi untuk membeli minuman,
priaitu pun mengiyakannya. Jadi pria yang membeli minuman tersebut menunggunya
di depan warung. Sudah beberapa lama, pria pengendara motor yang katanya nyari
kunci itu gak kunjung datang, pria yang
menunggu di depan warung akhirnya melangkah ke utara, arah dari pria bermotor itu
meninggalkannya. Beberapa saatnya pria itu kembali ke warung lagi dengan garik
cemas, sampai sudah beberapa kali bolakbalik ditanyalah oleh kakak ku, “Yang
tadi itu temennya pak?”. Dari pertanyaan itu berkembanglah jadi obrolan yang
menarik bagi ku untuk aku ceritakan sekarang.
Bapak yang
membeli minuman dingin di OK CELL itu ternyata seorang pemulung. Saat sebelum
ke OK CELL posisinya beberapa ratus meter dari warung. Disana ia bertemu dengan
seorang pria. Ia ditawarkan barang aluminium oleh pria ini. Pria ini mengatakan bahwa istrinya sedang membutuhkan
uang. Karena kemungkinan pemulung ini merasa saudara alias sama – sama
perantauan dari pulau yang sama ia menyetujuinya dan lahir harga kesepakatan
sebesar Rp 400.000,00 untuk barang yang tadi ditawarkan. Pria itu pun meminta
bayarannya terlebih dahulu dan bagaimana percakapan mereka, si pemulungpun
memberikannya. Setelah itu pria tadi
mengajak si pemulung mengambil barangnya dan mereka akhirnya berangkat dengan
si pemulung meninggalkan gerobaknya di tempat mereka bernegosiasi tadi.
Akhirnya tibalah mereka di warung kakak ku, OK CELL. Entah siapa yang mempunyai
inisiatif membeli minuman, tapi yang jelas si pemulung yang turun untuk
membelikan minuman.
Setelah
bercerita dengan kakak ku, si pemulung tadi menanyakan sesuatu kepada kakakku,
“ mbak.. boleh saya balikin minuman yang tadi saya beli., belum saya minum
kok”. kakak ku langsung mengiyakannya.” Iya boleh pak”, sahut kakakku. Ternyata
saat itu juga pemulung itu sadar telah ditipu karena pria yang beberapa menit
yang lalu menjadi temannya itu tidak kunjung kembali. Bapakpemulung itu pun tidak
mendapatkan barang yang telah menjadi harapannya beberapa menit yang lalu.
Miris memang
mendengar cerita tersebut. Gak kepikir orang yang profesinya udah jadi pemulung,
mohon maaf sekali lagi bukan maksud ku merendahkan atau gimana gimana, tapi
katakan lah seorang pemulung pendapatannya tidak tetap dan rata - rata di bawah
UMP ada orang yang tega menipunya. Mari kita tingkatin kewaspadaan kita apalagi orang yang baru
kenal walaupun mengaku se tanah kelahiran. Perlu kita amalkan kata – kata ”Ada
uang ada barang” disaat kita menjadi si penawar dan “Ada barang ada uang” di
saat kita jadi si yang ditawarkan.
Terimakasih
kepada kakak ku yang telah berbagi cerita dan mohon maaf apabila da salah kata.
“SALAM HANGAT
DAN SEMANGAT”