Rabu, 06 Februari 2013

Cerita Kita


Beberapa hari yang lalu ada pemulung ditipu di sekitar rumah ku. Perlu ku tegaskan sekali lagi PEMULUNG DITIPU. Sungguh bukan maksud ku merendahkan, tetapi sudah pemulung ditipu lagi, ironis. Oke, ku ceritakan kejadiannya, tapi mungkin tidak sedetail  aku menghitung uang karena berita ini ku dengar dari kakakku sendiri.
                Pagi sekitar pukul 10 pagi ada seorang laki –laki yang berboncengan dengan seorang laki – laki. Mereka berhenti di depan warung kakakku. Satu turun dari motor satunya lagi menunggu di motor. Bapak yang turun itu pun membeli minuman dingin di OK CELL, nama warung kakakku. Dari motor, pria yang lagi satu berteriak bahwa ia akan mengambil kunci dulu, sebentar akan balik ke sini lagi. Karena saat itu pria yang turun dari motor tersebut sedang berinteraksi untuk membeli minuman, priaitu pun mengiyakannya. Jadi pria yang membeli minuman tersebut menunggunya di depan warung. Sudah beberapa lama, pria pengendara motor yang katanya nyari kunci itu gak kunjung datang,  pria yang menunggu di depan warung akhirnya melangkah ke utara, arah dari pria bermotor itu meninggalkannya. Beberapa saatnya pria itu kembali ke warung lagi dengan garik cemas, sampai sudah beberapa kali bolakbalik ditanyalah oleh kakak ku, “Yang tadi itu temennya pak?”. Dari pertanyaan itu berkembanglah jadi obrolan yang menarik bagi ku untuk aku ceritakan sekarang.
Bapak yang membeli minuman dingin di OK CELL itu ternyata seorang pemulung. Saat sebelum ke OK CELL posisinya beberapa ratus meter dari warung. Disana ia bertemu dengan seorang pria. Ia ditawarkan barang aluminium oleh pria ini. Pria ini  mengatakan bahwa istrinya sedang membutuhkan uang. Karena kemungkinan pemulung ini merasa saudara alias sama – sama perantauan dari pulau yang sama ia menyetujuinya dan lahir harga kesepakatan sebesar Rp 400.000,00 untuk barang yang tadi ditawarkan. Pria itu pun meminta bayarannya terlebih dahulu dan bagaimana percakapan mereka, si pemulungpun memberikannya.  Setelah itu pria tadi mengajak si pemulung mengambil barangnya dan mereka akhirnya berangkat dengan si pemulung meninggalkan gerobaknya di tempat mereka bernegosiasi tadi. Akhirnya tibalah mereka di warung kakak ku, OK CELL. Entah siapa yang mempunyai inisiatif membeli minuman, tapi yang jelas si pemulung yang turun untuk membelikan minuman.
Setelah bercerita dengan kakak ku, si pemulung tadi menanyakan sesuatu kepada kakakku, “ mbak.. boleh saya balikin minuman yang tadi saya beli., belum saya minum kok”. kakak ku langsung mengiyakannya.” Iya boleh pak”, sahut kakakku. Ternyata saat itu juga pemulung itu sadar telah ditipu karena pria yang beberapa menit yang lalu menjadi temannya itu tidak kunjung kembali. Bapakpemulung itu pun tidak mendapatkan barang yang telah menjadi harapannya beberapa menit yang lalu.
Miris memang mendengar cerita tersebut. Gak kepikir orang yang profesinya udah jadi pemulung, mohon maaf sekali lagi bukan maksud ku merendahkan atau gimana gimana, tapi katakan lah seorang pemulung pendapatannya tidak tetap dan rata - rata di bawah UMP ada orang yang tega menipunya. Mari kita tingkatin  kewaspadaan kita apalagi orang yang baru kenal walaupun mengaku se tanah kelahiran. Perlu kita amalkan kata – kata ”Ada uang ada barang” disaat kita menjadi si penawar dan “Ada barang ada uang” di saat kita  jadi si yang ditawarkan.

Terimakasih kepada kakak ku yang telah berbagi cerita dan mohon maaf apabila da salah kata.
“SALAM HANGAT DAN SEMANGAT”